Sunday, November 13, 2011

Danau Bandung bukan karena Tangkuban Parahu

PARA ahli geologi, baik dari Belanda seperti R.W. van Bemmelen dan Th. H.F. Klompe maupun dari Indonesia seperti J.A. Katili, berpendapat bahwa Danau Bandung Purba terbentuk karena letusan dari Gunung Tangkubanparahu. Kemudian pendapatnya itu secara turun temurun diwariskan dari generasi ke generasi bahkan hingga saat ini.

Dalam karya R.W. van Bemmelen (1936) The Geological Hystory of Bandung Region (translated from Dutch by Robert Smit and Richard Bennett, 1976), demikian juga bukunya yang monumental (1949) The Geology of Indonesia, bagaimana kepincutnya van Bemmelen oleh sasakala Sangkuriang - Dayang Sumbi.

Dalam buku geologi setebal bantal bayi yang berbobot itu, masih menyelipkan sasakala Sangkuriang dalam boksnya. Setelah direkonstruksi, peristiwa geologi Bandung versi van Bemmelen itu ada kesamaan kronologi dengan sakakala tersebut, satu di antaranya bahwa Danau Bandung Purba terbentuk karena peristiwa Gunung Tangkubanparahu yang meletus malam hari dan membendung Citarum purba di utara Padalarang.

Setelah membaca disertasi Mochamad Nugraha Kartadinita yang berjudul “Tephrochronological Study on Eruptive History of Sunda-Tangkuban Perahu Volcanic Complex, West Java, Indonesia” (Kagoshima University, Japan, March, 2005), keyakinan saya tentang pembendungan Danau Bandung Purba oleh Gunung Tangkubanparahu mulai berubah. Walau pun dalam disertasinya tidak dituliskan secara langsung tentang pembentukan Danau Bandung Purba, karena memang di luar kajiannya, saya bisa menyimpulkan, letusan maha dahsyat Gunung Sunda-lah yang telah membendung Citarum purba tersebut.

Bandung

Bandung kota dan sekitarnya, pada masa lampau merupakan danau yang dikenal dengan Danau Bandung. Keadaan yang sekarang terlihat merupakan pedataran yang biasa disebut dengan istilah “Cekungan Bandung” (Bandung Basin). Daerah sekitar cekungan tersebut, diperkirakan dahulu merupakan tepian danau sehingga banyak diperoleh sisa-sisa aktivitas manusia masa lampau (Koesoemadinata, 2001).

Gunung Tangkuban Perahu dan Sejarah Singkat Geologi Bandung

Bandung sangat beruntung dengan sejarah alamnya. Dari laut bertaman karang yang indah, sekitar 20-30 juta tahun yang lalu berubah menjadi daratan bergunung (5-4 juta tahun yang lalu). Kemudian , 2 juta tahun yang lalu seluruh permukaanya terangkat menjadi daratan, dan menjadi pegunungan. Gunung Sunda purba meletus dahsyat sehingga membentuk kaldera. Anaknya yang bernama Gunung Tangkuban Parahu muncul di tengah kaldera dan meletus berkali-kali. Pada zaman kuarter , sekitar 135 ribu tahun yang lalu ,danau Bandung terbentuk .

Genangannya yang luas mengisi seluruh dataran tinggi Bandung dari Rancaekek hingga Saguling pada ketinggian antara 710-715 meter di tas permukaan laut sekarang Seiring turunnya permukaan air laut, air danau menerobos perbukitan Saguling, mengeringkan danau Bandung. Airnya mengalir pada lembah Sungai Citarum menerobos Gua Sangiangtikoro, dan terus mengalir ke utara. Jadi tempat mengeringnya Danau Bandung Purba berada jauh ke hulu pada punggungan bukit Pasir Kiara, tidak di Sangiang Tikoro Pada masa-masa mengeringnya danau Bandung Purba antara 16-3 ribu tahun yang lalu, dataran Bandung menjadi ranca (rawa) yang becek yang menjadi tempat berjelajahnya badak-badak dan hewan-hewan lainnya.

Inilah padang perburuan yang menggiurkan di masa purbakala. Dengan bersenjatakan tombak bermata obsidian mereka berburu di perbukitan sekeliling Bandung. Batu obsidian yang ditambang di antaranya adalah di daerah Bukit Dago Pakar, Bandung Utara.Sementara itu, koloni yang lain menjelajahi perbukitan kapur citatah dan bertempat tinggal di Gua Pawon, serta di ceruk-ceruk batu kapur sekitarnya. Daerah bekas danau inilah, yang sekarang berkembang menjadi Kota Bandung. Jika kita perhatikan, dataran Bandung merupakan cekungan, seperti mangkuk yang dikelilingi gunung. Bandung merupakan satu-satunya kota di dunia, yang dikelilingi gunung berapi. Hal ini merupakan daya tarik khusus bagi para geologist, untuk mempelajarinya.


source: http://pojoksejarahku.blogspot.com/2010/08/gunung-tangkuban-perahu-dan-sejarah.html